Menghitung Huruf Al-Qur'an

Menghitung Huruf Al-Qur'an
oleh: Ibnu Kholil

Gairah intelektualitas para Ulama masa lalu memang membikin kita mengeleng-gelengkan kepala. Banyak kita jumpai karya-karya spektakuler yang jarang kita dapatkan pada zaman ketika gairah intelektualitas umat Islam menurun. Terkadang sesuatu yang kita tidak anggap penting, namun ternyata tidak luput dari ide-ide kreatif yang mereka ciptakan.
Dan ternyata hal-hal yang dianggap tidak penting itu memiliki tempat khusus di dalam hati para generasi berikutnya. Bahkan, juga kadang menjadi data penting yang cukup jarang diketahui. Karena tidak jarang, walaupun masa ini telah ditopang dengan kecanggihan teknologi, ternyata masih harus pasrah hanya dengan gelengan kepala, mengingat situasi teknologi zaman dulu masih tidak secanggih saat ini.
Salah satunya hasil penelitian seorang sekaliber Imam an-Nasafi yang meneliti jumlah huruf dalam kitab suci al-Qur ‘an!.
Kalau yang dihitung adalah jumlah surat atau kalimat, masih mending. Tapi kalau menghitung jumlah huruf, cukup ruwet juga, 'kan ‘ Dan ternyata itu yang dilakukan oleh an-Nasafi.
Hasil penelitiannya ini ditulis dalam kitab Majmu al Ulum wa Mathli’u an Nujum dan dikutip oleh Imam Ibn a’rabi dalam mukaddimah al-Futuhuat al Ilahiyah karangannya sendiri. Berikut ini uraiannya dan huruf-huruf diurut sesuai dengan banyaknya:
Alif : 48740 huruf,
Lam : 33922 huruf,
Mim : 28922 huruf,
Ha : 26925 huruf,
Ya ‘ : 25717 huruf,
Wawu : 25506 huruf,
Nun : 17000 huruf,
Lam alif : 14707 huruf,
Ba ‘ : 11420 huruf,
Tsa ‘ : 10480 huruf,
Fa ‘ : 9813 huruf,
‘Ain : 9470 huruf,
Qaf : 8099 huruf,
Kaf : 8022 huruf,
Dal : 5998 huruf,
Sin : 5799 huruf,
Dzal : 4934 huruf,
Ha : 4138 huruf,
Jim : 3322 huruf,
Shad : 2780 huruf,
Ra ‘ : 2206 huruf,
Syin : 2115 huruf,
Dhadl : 1822 huruf,
Zai : 1680 huruf,
Kha ‘ : 1503 huruf,
Ta : 1404 huruf,
Ghain : 1229 huruf,
Tha ‘ : 1204 huruf dan
terakhir Dza : 842 huruf.
Jumlah total semua huruf dalam al-Qur‘an sebanyak : 1.027.000 (satu juta dua puluh tujuh ribu). Jumlah total ini sudah termasuk jumlah huruf ayat yang di-nusakh.
mambaussholihin.com 2006

Posted in | 0 komentar

Agar Wajah Tidak Dipalingkan

Seorang ulama besar yang pernah belajar pada Al-Auza’i, bercerita, ” Dulu ada seorang laki-laki yang sering duduk bersamaku dengan sebagian wajahnya yang tertutup oleh cadar (penutup wajah dari kain yang sering digunakan oleh wanita muslimah untuk menutup wajahnya)

Kepada laki-laki itu aku lalu berkata, ‘Kamu sering duduk bersamaku, tapi mengapa kamu masih tetap saja mengenakan cadar ? Tolong perlihatkan wajahmu itu padaku !’
‘Bersediakah kamu memberikan jaminan keamanan kepadaku ?’ pinta laki-laki itu.

‘Ya,’ jawabku singkat.
‘Dulu aku adalah seorang penggali kubur, lalu ada seorang wanita yang dimakamkan di suatu pemakaman. Aku lalu datang ke pemakaman itu dan membongkarnya. Saat menggali makamnya, alat yang kupakai mengenai sebuah batu bata, lalu kuangkat dan kutaaruh di atas kain selendang. Selanjutnya batu bata itu kupindahkan ke atas kain kafan yang sudah kubentangkan sebelumnya. Aku kemudian membentangkan kain kafan itu lagi seraya berkata pada diri sendiri, ‘Apakah kamu berpendapat, bahwa mayat wanita itu mampu mengalahkan dirimu ?’ Setelah berkata demikian, aku pun berlutut dan menyelonjorkan kaki, kemudian kuangkat tangan mayat wanita itu. Akan tetapi tiba-tiba mayat wanita itu menampar wajahku,’ kata laki-laki itu kepadaku.

Sejenak kemudian dibukalah cadar penutup wahjahnya, dan ternyata di wajahnya terdapat bekas tamparan tangan mayat wanita yang telah diceritakannya kepadaku

Aku kemudian bertanya, ‘Lalu, bagaimana cerita selanjutnya ?’

‘Aku pun menutup kain sarung dan kafannya, juga mengembalikan tanah timbunannya kembali. Setelah itu, aku lantas bersumpah kepada diriku sendiri, bahwa selamanya aku tidak akan bekerja sebagai penggali kubur lagi,’ kata si laki-laki tadi”

Salah satu periwayat kisah ini berkata, “Aku lalu berkirim surat kepada Al-Auza’i guna memberitahukan hal tersebut dan Al-Auza’i membalas suratku itu sebagai berikut: ‘ Tanyakan saja kepadanya tentang seorang ahli tauhid (maksudnya adalah orang-orang Islam-pen) yang telah wafat dan (ketika dimakamkan) mukanya menghadap ke kiblat, apakah mukanya dipalingkan atau dibiarkan menghadap kiblat?’

Kemudian seorang penulis datang kepadaku, dan aku pun bertanya kepadanya, ‘Tolong ceritakan kepadaku tentang orang-orang Islam yang meninggal dunia. Adakah wajah mereka tetap seperti sediakala (menghadap ke kiblat) atau bagaimana ?’

‘Mayoritas wajah mereka dipalingkan dari kiblat,’ jawabnya singkat.
Mengenai hal itu aku pun berkirim surat kembali kepada Al-Auza’i dan beliau membalasnya, ‘ Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun (Sesungguhnya kita ini milik Alloh dan sesungguhnya kepadaNyalah kita kembali )! (sebanyak 3 kali). Adapun orang yang wajahnya dipalingkan dari kiblat, maka dia meninggal dalam keadaan tidak berpegang teguh dengan sunnah Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam.’.”

Dari kisah nyata di atas, dapat kita ambil suatu pelajaran, yaitu orang-orang Islam yang tidak berpegang teguh dengan sunnah Nabi Shallaallaahu ‘alaihi wa sallam akan diberi hukuman di dalam kubur, yaitu wajahnya akan berpaling (menoleh) dari arah kiblat, padahal ketika dikubur wajah seorang muslim pasti dihadapkan ke kiblat dulu. Itu hukuman di dalam kubur yang bisa kita lihat, belum lagi yang tidak terlihat, belum lagi yang menanti di neraka nanti.

Lalu bagaimana agar hal itu tak terjadi pada kita? Lalu apakah sunnah Nabi itu? Apakah sunnah itu adalah suatu perkara agama yang jika dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa? Jika begitu, kenapa dikatakan oleh Imam Al-Auza’i bahwa orang yang meninggalkan sunnah Nabi mendapat hukuman dipalingkan wajahnya dari arah kiblat? Bukankah seharusnya tidak mendapatkan hukuman jika meninggalkan perkara sunnah ?

Sunnah yang dimaksudkan di sini adalah As-Sunnah yang biasa disebut-sebut oleh ulama hadits. Menurut ahli hadits, As-Sunnah adalah segala hal yang berasal dari Rasululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam baik berupa ucapan, pekerjaan, keyakinan, persetujuan, atau sifat akhlak & jasmani beliau yang beliau bawa sebagai syari’at terhadap ummatnya. Dan hal tersebut (As-Sunnah) lebih kita kenal sebagai Al-Hadits.

From : www.mediamuslim.info

Posted in | 1 komentar

Malaikat Maut dibuat Heran....?

Malaikat Maut Dibikin Heran
Oleh: Utsman Husnan
Malaikat Maut pernah berkunjung pada Nabi Sulaiman as. Saat itu dia mempelototi (memandang aneh) seseorang di antara orang-orang didekat Sulaiman as. Adapun orang itu merasa ketakutan dan dia bertanya Sulaiman as:
"Siapa orang itu"
"Dia adalah malaikat maut, sang pencabut nyawa," jawab Sulaiman.
"Orang itu terus memandangiku. Aku takut nyawaku akan dicabut. Tolong selamatkan aku...pinta orang itu"
"Bagaimana aku dapat menyelamatkanmu?" kata Sulaiman.
"Utus saja angin untuk membawaku ke India agar dia tidak menemukanku."
Maka Sulaiman pun mengabulkan permintaan temannya itu. Seketika itu juga dia langsung terbang ke ujung India, dan pada saat itu juga malaikal maut langsung mencabut nyawanya.
Setelah malaikal maut mencabut nyawa orang tersebut, kemudian ia kembali lagi berkunjung ke tempat Nabi Sulaiman as.
"Kenapa kau memandangi laki-laki itu terus?" Tanya Sulaiman.
"Sebenarnya aku heran. Aku mendapat perintah untuk mencabut nyawa orang itu di India. Tapi dia tadi masih di sini. Padahal India sangat jauh dari sini. Tapi, tiba-tiba angin membawanya ke sana. Maka langsung saja aku cabut nyawanya." Inilah takdir Tuhan.
mambaussholihin.com 2006.

Posted in Label: | 0 komentar

3 Amalan yang Selamatkan Pemabuk...

Alkisah, seorang laki-laki bejat meninggal di satu sudut kota Bashrah. Istrinya bingung tidak ada seorang pun yang mau membantu membawakan jenazah suaminya. Para tetangganya tak tahu-menahu atas urusan itu. Karena perbuatan buruk suaminya yang begitu menumpuk.

Ia pun menyewa orang untuk memikul jasad mati tersebut dan membawanya ke mushalla, tapi sungguh malang nasibnya. Tak ada yang mau melakukan shalat jenazah untuknya. Mayat itu lalu digiring ke gurun pasir yang rupa-rupanya mau dikebumikan saja. Sang istri hanya bisa berpangku tangan meratapi nasib.

Sesampainya di gurun pasir, matanya tertambat pada sosok lelaki yang bila dilihat dari gerak-geriknya, sedang menunggu sesuatu. Kemujuran berpihak padanya. Lelaki gurun tersebut memang sedang mengharapkan kedatangan mereka berdua. Lelaki yang ternyata seorang pertapa (zuhud) itu mau menyolati jasad pemabuk yang berada di hadapannya.

Kabar ini begitu menggemparkan penduduk desa. Dengan berbondong-bondong mereka lantas mendatangi tempat itu untuk turut melakukakan shalat jenazah. Namun mereka masih bertanya-tanya. Mengapa seorang zuhud rela turun gunung hanya demi seorang yang terkenal sebagi pecandu khamer?

Untuk menenangkan rasa penasaran penduduk, pertapa itu berkata: “Suatu malam aku bermimpi diperintahkan turun gunung ke tempat di mana jenazah ini dan istrinya berada. Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosanya”. Mendengar penuturan pertapa itu para penduduk tidak paham sekaligus bingung dan semakin bertanya-tanya.

Dia pun lantas memanggil perempuan yang ditinggal suaminya itu. Dan menanyakan amal apa yang membuat suaminya bernasib mujur. Spontan dia menjawab: “Seperti yang kalian ketahui suamiku tidak lain adalah seorang pemabuk berat dan senang nongkrong di rumah bordil”. Dia terus mendesak: coba ingat-ingat! Kiranya amal apa yang pernah dilakukan suamimu”. Ia mencoba memutar memori.

Dan tak lama, “Ya, aku ingat ada tiga amal baik yang sempat dilakukannya semasa hidup. Pertama, setiap subuh saat bangun dari mabuk, dia berganti pakaian lalu berwudlu dan shalat berjamaah. Kemudian dia berangkat ke rumah bordil untuk melakukan perbuatan bejatnya. Kedua, di rumah kami pasti ada satu atau dua anak yatim. Suamiku amat menyayangi mereka sampai melebihi rasa kasih sayangnya terhadap anaknya sendiri. Bahkan dia begitu merasa kehilangan terhadap anak-anak yatim itu. Ketiga, di tengah gulita malam tatkala dia sadar dari mabuk, dia menangis menyesali kelakuan buruknya.

Seraya meratap: “wahai Tuhan! Di sudut Jahanam manakah Engkau jebloskan diri pendosa ini?” Setelah menyimak kisah perempuan itu semua orang mengangguk-angguk paham. Ternyata dibalik tirai hitam perbuatan sipemabuk ada tiga “mutiara amal” yang tersimpan.

mambaussholihin.com 2006

Posted in Label: | 0 komentar